WISATA ALAM KABUPATEN BURU
PANTAI JIKUMERASA
Jikumerasa menyuguhkan pesona alam
pantai kepada setiap orang yang ingin melepaskan kepenatan dalam rutinitas
kerja, Berada di Kecamatan Namlea dengan hanya berjarak kurang lebih 10 KM dari
kota namlea menjadikan Jikumerasa primadona Kabupaten Buru.
Wisata alam laut yang tersaji
seperti lukisan alam yang membentuk 3 warna tatkala matahari mulai berada tepat
diatas kepala, dengan desiran gulungan ombaknya merupakan bonus bagi mereka
pencinta surfing.
Jikumerasa sendiri masih dikelola
secara swadaya oleh masyarakat setempat dengan sajian rujak khas Maluku dan
hamparan pasir putih serta udaranya yang sejuk sangatlah pas tatkala kita
menghabiskan waktu sembari menyantap rujak, untuk menikmati Pantai Jikumerasa
dapat digunakan perahu rakyat yang disediakan oleh masyarakat setempat.
Berbicara tentang pesona Jikumerasa
maka jangan pernah anda lewatkan pesona saat-saat dimana matahari mulai
tenggelam di balik bukit yang mengitari pesisir Jikumerasa karena pemandangan
ini dapat menjadi magnet yang membuat anda akan teringat akan Jikumerasa,
demikian gambaran betapa Jikumerasa menjanjikan sebuah surga bagi mereka yang
menyukai pesona wisata pantai. Maka apabila anda sempat singgah ke Kab. Buru
maka jangan pernah anda lewatkan Pesona Pantai Jikumerasa
Danau Rana
Objek wisata ini berada tepat
dipedalaman Pulau Buru ± 63 km km dan berada pada ketinggian 700 m diatas
permukaan laut. Danau rana merupakan danau terbesar di Propinsi Maluku, berada
dalam wilayah Kecamatan Air Buaya sangat cocok bagi wasatawan yang suka
berpetualang dialam bebas, untuk mencapainya tersedia dua jalur
pilihan, pertama perjalanan melalui jalur barat melalui Desa Wamlana
Kecamatan Air Buaya, desa yang terletak ± 80 km dari pusat kota Namlea ini bisa
anda capai dengan mobil selama 1,5 jam. Selanjutnya dengan menumpang mobil perusahan
kayu PT. Gema Hutan Lestari anda memulai pertualangan ke Danau Rana sepanjang ±
43 km dalam perjalanan anda disuguhkan dengan pemandangan alam yang indah,
beraneka macam jenis tumbuhan dapat dijumpai disini, anda akan melewati
kawasan hutan lindung juga bisa menikmati keindahan desa – desa di pesisir
barat pulau buru dari atas gunung secara langsung, anda akan mampir sebentar di
cam Waldea tepat di km 21 setelah itu perjalanana dilanjutkan sampai pada km.
40, Dari sini anda akan berpetualang berjalan kaki sepanjang ± 23 km untuk
sampai di Pusat Danau Rana, sepanjang perjalanan anda akan melewati beberapa
desa yang dihuni oleh masyarakat suku asli Pulau Buru disini anda akan
disuguhkan dengan tarian ”sawat” sebagai tanda ucapan selamat datang bagi para tamu.
Jalur kedua melewati desa Tifu Kecamatan Leksula. Desa yang terletak di selatan
pusat kota Namlea ini hanya dapat ditempuh dengan perjalanan laut menggunakan
speedboat dengan jarak tempuh ± 5 jam, tiba di Desa Tifu dengan menggunakan
mobil truck anda memulai petualangan ke Danau Rana sepanjang 40 km samapai di
desa Waelo, setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju
pusat Danau Rana ± 6 jam, sama seperti jalur barat disepanjang jalan juga
melewati perkampungan masyarakat suku asli Pulau Buru.
Danau Rana terkenal keramat bagi
masyarakat sekitarnya, airnya jernih dipenuhi dengan bunga teratai diatasnya,
udaranya sejuk. anda bisa menikmati ketenangan Danau Rana dengan menggunakan
perahu dengan pemandangan indah di ujung senja itu tampak awan
berarak-arak, bergumpal-gumpal menggantung di kanopi langit di atas Danau Rana.
Kala bersampan di tengah danau ini, kita seolah merasa jangan-jangan kita ini
sudah berada di beranda sorga yang sering digambarkan begitu indah tak
terkirakan. Bayangkan saja, pantulan sinar matahari senja memendarkan warna
lembayung, udara yang sejuk disisipi awan-awan kelabu kelam serta putih
lemah memayungi kepala kita. Memasuki senja angin malam ( oleh masyarakat
setempat dinamakan sibu-sibu ) pun datang semilir menyumbui permukaan danau
yang mulai kelam. Bila anda ingin berkeliling Danau hanya dengan biaya 100 ribu
masyarakat setempat siap mengantar anda berkeliling ke mana saja dengan waktu
sepuasnya, anda bisa mengunjungi perkampungan warga yang mengelilingi danau ada
dusun Wamamboli, Kaktuan, Erdafa, Warujawa, Waimite, Wagrahi, dan Waireman anda
akan disambut dengan senyum ramah masyarakt Buru sekaligus anda bisa mencicipi
berbagai jenis ubi-ubian dengan ikan bakar dan colo - colo khas Maluku
TARI KATREJI
Tarian ini adalah suatu
tarian pergaulan masyarakat Maluku yang biasanya digelarkan pada acara-acara
negeri / desa berkaitan dengan upacara-upacara pelantikan Raja / Kepala Desa,
atau pada acara-acara ramah tamah masyarakat negeri/desa dengan tamu kehormatan
yang hadir di negeri/desa-nya.Dari pendekatan sejarah, tarian ini merupakan
suatu AKULTURASI dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan
budaya Maluku.Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola
lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai
suatu proses BILINGUALISME.Dalam perkembangannya tarian ini kemudian menjadi
tarian rakyat yang hampir setiap saat digelarkan pada acara-acara pesta
rakyat, baik yang dilaksanakan
pada saat hajatan keluarga, maupun negeri/desa, yang menggambarkan suasana suka
cita, kegembiraan seluruh masyarakat.Tarian ini diiringi alat musik biola,
suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm
musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan
digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang
TARI ORLAPEI
Tarian ini adalah tarian
penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Negeri/Desa di Maluku Tengah.
Pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat
terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi ungkapan
Selamat Datang. Kombinasi pola lantai dan gerak serta rithem musik lebih
memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat Negeri/Desa setempat merasa
sangat senang dengan hadirnya tamu kehormatan di Negeri/Desa mereka.Tarian ini
menggunakan properti “gaba-gaba” (bagian tangkai dari pohon sagu/rumbia sebagai
makanan khas rakyat Maluku, dan dalam dialek Maluku disebut “jaga sagu”)
Diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yaitu : Tifa, Suling Bambu,
Ukulele, dan Gitar.
TERINE MAMAE
TERINE MAMAE adalah
permainan tradisional yang biasanya dipertunjukan/dimainkan pemuda-pemudi desa
pada hari-hari tertentu, yang diangkat dari permainan bambu gila.
Kini permainan rakyat di
daerah Maluku Tengah tersebut sudah hampir punah dan hanya tinggal gerakan-gerakannya
saja, yang digarap menjadi tari dengan gerakan-gerakan lincah pada kaki dengan
posisi tangan saling terkait yang menandakan kesatuan dan persatuan
TARI LOLIYANA
Tari Loliyana atau tari
Panen Lola adalah tari kreasi yang
mengangkat Upacara Panen Lola ke dalam bentuk pertunjukan dengan berpatokan
pada tradisi dan kebudayaan masyarakat Kepulauan Teon Nila Serua.Dalam bahasa
penduduk setempat Loliyana adalah kata umum yang dipakai untuk pekerjaan
mengumpulkan salah satu hasil laut yakni Lola. Panen Lola ini dilaksanakan
setelah sasi lola dibuka secara resmi oleh Ketua Agama dan Pemangku Adat
setempat.Di daerah Maluku sasi dikenal sebagai salah satu pranata adat yang
diartikan sebagai larangan atau pantangan untuk mengumpulkan hasil alam baik
hasil laut maupun hasil hutan sampai batas waktu yang telah disepakati bersama oleh seluruh masyarakat desa. Fungsinya
adalah sebagai alat kontrol untuk mengatur dan menjaga kelangsungan dan
kelestarian sumber daya alam dari keserakahan manusia.Proses panen lola diawali
dengan pesta rakyat mengelilingi api unggun dari malam hari hingga subuh,
dilanjutkan dengan syukuran dan doa kepada Yang Maha Kuasa demi keberhasilan
panen yang akan dilaksanakan.Menjelang terbitnya matahari, panen dilakukan
secara gotong royong. baik pria maupun wanita.Ringkasan proses panen lola
inilah yang kemudian diangkat menjadi suatu garapan tari “LOLIYANA”.
TARI KABARESI
Tarian Kabaresi ini
diilhami oleh semangat kepahlawanan dari Martha Christina Tiahahu yang secara
filosofi berjuang untuk membela hak-hak pribumi dari kekejaman penjajah.
Tari ini digarap dalam
pola lantai yang lincah dan ditingkahi bunyi tifa totobuang, rebana,
toleng-toleng (kentongan) dan suling bambu.
TARI PANAH
TariPanah ini mulanya
berasal dari tari perang, Menggunakan busur dan anak panah sebagai properti
yang dapat menggugah dan mengobarkan keberanian para pria.Tetapi pada
perkembangannya tari panah ini digarap menjadi tari penyambutan tamu di Daerah
Maluku Tenggara.